hadis tentang penciptaan manusia

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah proses penciptaan manusia terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis. Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al-Qur’an dan hadis yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi para pakar embriolog terkemuka di Amerika.
            Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embrio berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut ibu), dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic, hal ini sangat cocok dengan apa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an yaitu surat Az-Zumar ayat 6.
            Di dalam hadis juga dijelaskan proses penciptaan manusia yang berawal dari bertemunya spermatozoa dengan ovum hingga proses evolusinya di dalam rahim ibu. Kemudian juga tentang penciptaan manusia pertama yaitu Nabi Adam. Untuk lebih jelasnya akan penulis bahas pada bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hadis tentang penciptaan Manusia pertama
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم، قَالَ : إِنَّ اللَّهَ خُلِقَ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ، ثُمَّ جَعَلَهُ طِينًا، ثُمَّ تَرَكَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ حَمَأً مَسْنُونًا خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، ثُمَّ تَرَكَهُ، حَتَّى إِذَا كَانَ صَلْصَالاً كَالْفَخَّارِ، قَالَ : فَكَانَ إِبْلِيسُ يَمُرُّ بِهِ، يَقُولُ : لَقَدْ خُلِقْتَ لأَمْرٍ عَظِيمٍ، ثُمَّ نَفَخَ اللَّهُ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ، وَكَانَ أَوَّلَ شَيءٍ جَرَى فِيهِ الرُّوحُ بَصَرَهُ وَخَشاَ شِيمَهُ فَعَطَسَ ، فَقال الحمدلله ، فَقَالَ الله : يَرْحَمُكَ رَبُّكَ (رواه الترمذى)[1]
Terjemah:
Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Saw berkata: sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari tanah kemudian menjadikannya sebagai tanah liat lalu meninggalkannya. Hingga ketika telah menjadi lumpur yang busuk, dia menciptakannya dan membentuknya kemudian meninggalkannya, hingga ketika telah menjadi shalshal (tanah liat bercampur pasir) maka iblis lewat padanya seraya berkata, sunggunh engkau telah diciptakan untuk urusan yang besar. Kemudian Allah meniupkan padanya dari ruh-Nya. Adapun bagian yang pertama kali ruh berjalan padanya adalah pandangannya serta lubang hidungnya. Maka ia bersin dan berkata alhamdulillah (segala puji bagi Allah) Allah berfirman, Tuhanmu merahmatimu.

Penjelasan hadis
Hadis di atas menceritakan bagaimana proses penciptaan Nabi Adam as. Nabi Adam pertama kali diciptakan dari tanah, yang dimaksud tanah di sini adalah unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah yang dinamai zat-zat anorganis. Kemudian Allah menjadikan turab itu thin dan yang dimaksud thin adalah atom zat air atau hidrogenium.
Shalshal adalah tanah kering yang belum disentuh api. Apabila engkau menggerakkannya maka engkau akan mendengar bunyi, jika telah dibakar dengan api dinamakan fakhkar.[2]
Dari semua unsur yang disebutkan di atas jika dilihat dari ilmu pengetahuan maka proses penciptaan Nabi Adam adalah dengan adanya persenyawaan. Lebih jelasnya persenyawaan antara fakhkhar, shalshal, hamaain dan thin kemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan mangaan. Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang disebut "Turab" (zat-zat anorganis). Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah "Zat Kalium", yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya "Proteinisasi", menjelmakan "proses penggantian" yang disebut "Substitusi". Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga "sebab ujud" atau Causa Formatis.
Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu Metafisika.[4]
Begitulah proses penciptaan Adam menurut hadis di atas yang mana jika dilihat dari ilmu penegetahuan maka proses penciptaannya melalui proses persenyawaan seperti penjelasan di atas.
Dalam hadis Bukhori juga disebutkan bahwa Nabi Adam diciptakan dengan tinggi badan enam puluh hasta, hadis tersebut berbunyi sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم، قَالَ : خُلِقَ اللَّه آدمَ، وَطُوْلُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا ثم قال: اِذْهَبْ فَسَلِّمْ على أُوْلَئِكَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ، تَحِيَّتَكَ وَ تَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ، فقال السلام عليكم فقلوا السلام عليك ورحمة الله، فزَادُوْهُ (ورحمة الله) فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّة على صورة آدمَ، فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حتى الآن (رواه البخارى)
“dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Saw bersabda, Allah menciptakan Adam dan panjangnya 60 hasta kemudian Allah berfirman, pergilah dan ucapkan salam kepada para malaikat itu lalu dengarkan penghormatan yang mereka ucapkan, beliau berkata, assalamu’alaikum. Mereka menjawab assalamu’alaika warahmatullah. Mereka menambah kalimat warahmatullah. Setiap orang yang masuk surga sama seperti postur Adam. Ciptaan terus berkurang hingga saat ini.
Riwayat ini menguatkan pandangan bahwa maksud kata ganti pada hadis itu adalah Adam. Dengan demikian maknanya adalah Allah menjadikan adam sebagaimana adanya tanpa mengalami pertumbuhan setahap demi setahap dan tidak berada di dalam rahim dalam fase-fase tertentu sebagaimana keturunannya, bahkan Allah menciptakannya langsung menjadi seorang laki-laki yang sempurna sejak awal ruh ditiupkan. Kemudian beliau menyebutkan sesudahnya dan panjangnya enam puluh hasta maka maksud dari kata ganti nya di sini adalah Adam.[5] (FB 248)
Secara zahir, adam sangatlah tinggi pada awal mula penciptaannya. Sementara makna zahir hadis menyatakan bahwa tinggi adam sejak awal adalah 60 hasta, dan inilah yang dijadikan pegangan.
            (semua yang masuk surga sebagaimana bentuk adam). Maksudnya sebagaimana sifatnya. Hal ini menunjukkan bahwa sifat-sifat yang menunjukkan kekurangan, misalnya hitam dan lain sebagainya maka akan hilang ketika masuk surga. (ciptaan terus berkurang hingga saat ini) maksudnya bahwa setiap abad perkembangan ketinggian mereka semakin berkurang dibandingkan dengan abad sebelumnya. Pengurangan ini berakhir hingga umat ini, dan setelah itu keadaan menjadi stabil.[6]
B.     Hadis tentang tahapan penciptaan manusia
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوْقُ: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقَهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ  فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحُ وَ يُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَ أَجَلِهِ وَ عَمَلِهِ وَ شَقِيٌّ وَ سَعِيْدٌ. فَوَاللهِ الَّذِي لَا اِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَ بَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا. وَ إِنَّ اَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَ بَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ (رواه البخارى و مسلم)[7]
Terjemah:
Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah Saw. yang jujur dan terpercaya bersabda kepada kami, “sesungguhnya penciptaan kalian dikumpulkan dalam rahim ibu, selama empat puluh hari berupa nuthfah (sperma), lalu menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu pula, lalu menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan mencatat 4 (empat) perkara yang telah ditentukan, yaitu: rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya.  Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ada diantara kalian yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni surga hingga jarak antara dia dengan surga hanya sehasta (dari siku sampai ujung jari), namun suratan takdirnya sudah diterapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni neraka, maka ia pun masuk neraka. Ada juga yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni neraka hingga jarak antara dia dan neraka hanya sehasta. Namun suratan takdirnya sudah ditetapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni surga. (HR. Bukhori dan Muslim)

Penjelasan hadis
            Pernyataan وَهُوَ الصَّادِقُ الْمِصْدُوْقُ yakni Allah bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang benar dan dibenarkan. Sedangkan Imam Ibnu Daqiq berpendapat bahwa makna dari pernyataan tersebut adaalh benar dalam ucapannya lagi dibenarkan dalam apa yang dibawanya berupa wahyu yang mulia.[8]
1.      Tahapan perkembangan janin
Menurut sebagian ulama, makna sabdanya إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقَهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ (sesungguhnya seorang dari kalian dihimpun penciptaannya dalam perut ibunya), bahwa air mani jatuh dalam rahim dengan tercerai berai lalu Allah menghimpunnya di tempat kelahiran dari rahim tersebut di masa ini.[9]
            Kemudian selama seratus dua puluh hari, janin mengalami tiga kali perkembangan. Perkembangan tersebut terjadi setiap empat puluh hari. Empat puluh hari pertama, janin masih berbentuk nuthfah. Empat puluh hari berikutnya, berbentuk gumpalan darah. Empat puluh hari berikutnya, menjadi segumpal daging. Setelah seratus dua puluh hari, malaikat meniupkan ruh ke dalamnya, dan ditetapkan bagi janin tersebut empat ketentuan di atas.
Perkembangan janin ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 5
$ygƒr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# bÎ) óOçFZä. Îû 5=÷ƒu z`ÏiB Ï]÷èt7ø9$# $¯RÎ*sù /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜœR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ ¢OèO `ÏB 7ptóôÒB 7ps)¯=sƒC ÎŽöxîur 7ps)¯=sƒèC ÇÎÈ.....  
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna....(Al-Hajj:5)
            Hikmah diciptakannya manusia secara bertahap adalah untuk menyesuaikan dengan sunnatullah yang berlaku di alam semesta, semuanya berjalan sesuai dengan hukum sebab akibat. Semua ini justru menandakan kekuasaan Allah yang sangat besar. Walaupun sebenarnya Allah mampu untuk menciptakan secara langsung dan dalam waktu yang singkat. Hikmah lainnya, agar manusia berhati-hati dalam melakukan segala urusannya, tidak terburu-buru. Juga mengajarkan kepada manusia bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sempurna, baik dalam masalah-masalah batin ataupun zahir, adalah dengan melakukannya dengan penuh hati-hati dan bertahap.
2.      Peniupan ruh
Para ulama sepakat bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia seratus dua puluh hari, terhitung sejak bertemunya sel sperma dan ovum. Artinya, peniupan tersebut ketika janin berusia empat bulan penuh, masuk bulan kelima. Pada masa inilah segala hukum mulai berlaku padanya. Karena itu wanita yang ditinggal mati suaminya menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh hari, untuk memastikan bahwa ia tidak hamil dari suaminya yang meninggal, agar tidak menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu hamil.[10]
                Setelah semuanya terbentuk dengan sempurna, kemudian Allah memerintahkan kepada malaikat untuk menuliskan rizky, ajal, amal, kesengsaraan dan kebahagiaan. Jadi keempat hal tersebut sudah ditetapkan oleh Allah Swt. Namun bukan berarti manusia tidak bisa merubah ketentuan tersebut, jika manusia berusaha maka ia akan dapat merubahnya kecuali ketentuan ajalnya. Karena Ajal hanya Allah yang tahu yang mana ajal itu tidak bisa dipercepat ataupun diperlambat.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses penciptaaan Nabi Adam adalah melalui proses persenyawaan seperti yang telah dijelaskan di atas dan tidak melalui fase-fase perubahan yang terjadi dalam rahim. Sedangkan manusia setelahnya proses penciptaannya melalui tahap-tahap yang terjadi dalam rahim ibu. Jadi Hadis juga merupakan sumber ilmu pengetahuan seperti Al-Qur’an.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Ibnu Hajar.  2008. Fathul baari (Syarah Shahih Bukhori) Jil 17. (Jakarta: Pustaka Azam.
http://dialogmasalahketuhananyesus.olehkhbahaudinmudhari.com diakses 30 November 2013.
An-Nawawi, Muhyidin, dkk. 2010. Syarah Arba’in Nawawiyah, terj Ahmad Syaikhu. jakarta: Darul Haq.
Al-Bugha, Musthafa Dieb. 2012. Al-Wafi (Syarah Kitab Arba’in An-Nawawiyah). Jakarta: Al-I’tisham.



[1] Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul baari (Syarah Shahih Bukhori) Jil 17 , (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), hlm. 238
[2] Ibid, hlm. 240
[4] Ibid
[5] Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul, hlm. 248
[6] Ibid, hlm.250
[7]Ibid,  hlm. 232
[8] Muhyidin An-Nawawi, dkk, Syarah Arba’in Nawawiyah, terj Ahmad Syaikhu, (jakarta: Darul Haq, 2010),  hlm. 67
[9] Musthafa Dieb Al-Bugha, Al-Wafi (Syarah Kitab Arba’in An-Nawawiyah), (Jakarta: Al-I’tisham,2012), hlm. 20
[10] Ibid, hlm. 21

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bunglon

contoh penelitian hadis menggunakan pendekatan bahasa